WEB BLOG
this site the web

Recent Photos

image
image
image

Perdebatan Sepasang Sepatu

<!--[if gte mso 9]> Normal 0 false false false EN-US X-NONE X-NONE MicrosoftInternetExplorer4 Malam sudah cukup larut. Namun, di sudut sebuah ruangan, tepatnya di
sebuah rak sepatu, masih saja terjadi perdebatan sengit dan panjang antara
sepatu kiri dan kanan. Padahal, mereka baru saja melepas lelah setelah
seharian penuh menemani tuannya pergi ke pegunungan.
"Enak benar kamu hari ini. Datang-datang langsung mau tidur. Padahal
sepanjang jalan kerjanya tidur melulu," gerutu sepatu kanan melihat
temannya, sepatu kiri, sudah bersiap-siap naik ke peraduan, berangkat
tidur.
"Kamu lihat sendiri, sekarang jam berapa? hari sudah larut malam seperti
ini kok aku tidak boleh tidur?" jawab sepatu kiri dengan kesal.
"Bukannya kamu sudah ngorok seharian?" tanya sepatu kanan dengan ketus.
"Enak saja! mana berani di dapan bos ngorok?" jawab sepatu kiri sama
ketusnya.
"Ya, sudah kalau tidak mau mengaku. Yang jelas hari ini kamu
santai-santai, kan? "Uueennaak tenan!" kata sepatu kanan dengan sinis.
"kamu ini salah makan apa? tanpa alasan marah-marah mulu?" sahut sepatu
kiri. "Aku ini tidak marah. Cuma kesal!" "apa bedanya marah dan kesal?".
"Marah setingkat lebih tinggi, tapi, kesal ada gemasnya juga!"
"hahaha, dapat definisi dari mana sobat?"tanya si sepatu kiri.
"Yah, masa bodohlah. Dapat definisi darimana tidak perlu tahu. Yang jelas
kamu egois, tanpa perasaan. Mengaku sobat tapi tidak punya empati. Kalau
memang seorang sahabat, seharusnya mau membantu!"
"Lho,lho,lho, aku jadi makin bingung. Kita ini bukan sekedar sahabat
Bung!Lebih dari itu. Tidur berdampingan, pergi bareng kemana-mana,
berbecak ria bersama-sama, dsb. Meski ditakdirkan mempunyai dua tubuh,
tetapi selalu ditakdirkan hidup berdampingan. bahkan salah satu di anatara
kita bagaikan bayangan di cermin. Kamu seperti bayanganku, akau seperti
bayangannmu. Jadi apa lagi yang perlu dipersoalkan," jawab sepatu kiri.
"kamu memang paling pintar bersilat lidah, berbusa-busa, tapi kenyataannya
berbeda!"
"sudahlah ini sudah malam, besok pagi-pagi kita harus sudah siap menemani
bos lagi. Aku tidak paham apa yang kamu maksudkan. Coba bicara dengan
jelas. setelah itu kita tidur," jawab si sepatu kiri sambil menguap.
"Oke, aku mau bicara dengan gamblang, terang, blak-blakan. Mengapa
seharian kamu tidak mau membantu aku? sepanjang hari, naik turun bukit
kamu hanya diam membatu, sementara aku dibiarkan bekerja keras sendirian?!
"Lho kamu gimana? Bos kan menggunakan mobil barunya! mobil otomatis. Kaki
kirinya sama sekali tidak bekerja. Sementara kaki kanannya harus menginjak
gas dan rem bergantian. Jadi, jelas saja aku diam. Bukannya tidak mau
bekerja. Sementara atau aku tak mau membantumu. Aku memang tidak bisa
berperan karena kaki kiri bos juga tidak berperan. Masa aku harus minta
dipakai di kaki kanan bos menggantikan kamu?" jawab si kaki kiri panjang
lebar dan setengah berapi-api.
"jadi berarti, hari-hari ke dapan adalah masa santai buatmu?"
"Memanganya bos kita seharian nyetir melulu? apa dia tidak jalan kaki?
kalau jalan kaki apa hanya menggunakan kaki kanan saja? kamu ini jangan
seperti anak kecil dan hitung-hitungan sama teman. Coba kamu ingat,
sebelum beli mobil baru yang otomatis, aku 'kan yang lebih capai ketimbang
kamu? kalau naik turun pegunungan, Aku harus menahan kopling
terus-terusan. Apa selama ini aku menggerutu dan jengkel sama kamu? 'kan
tidak?" sahut sepatu kiri berapi-api.
Mendengar pernjelasan sobatnya yang mengandung kebenaran, kali ini sepatu
kanan terdiam dan menghela napas panjang.
"sudah lah sobat, kita ini ditakdirkan menjadi pasangan sehidup-semati,
tak akan pernah berpisah sekejap pun. Abadi bahkan lebih abadi ketimbang
pasangan suami istri di zaman sekarang yang sebentar-sebentar kawin cerai.
Kalau kita, tidak. Seandainya aku rusak dan tubuhmu masih utuh pasti kita
berdua tidak akan dipakai dan dibuang. Demikian juga sebaliknya. Tidak ada
sejarahnya sepatu kiri rusak lalu bos membeli sepatu kiri baru saja untuk
menemani sepatu kanan! ya, 'kan?". Kata si sepatu kiri beragumentasi.
"Kamu benar sobat, hari ini aku lelah sehingga gampang sekali emosi,
maafkan aku. Aku mengaku salah," akhirnya sepatu kanan memohon maaf.
Lalu keduanya berpelukan erat penuh kehangatan, dan ketika mereka tertidur
pulas, wajah mereka keduanya tampak tersenyum penuh kedamaian.

Esok hari dan hari-hari sesudahnya keduanya tampak lebih akrab. Saling
menunjang, saling mendukung. Ketika sang bos mengendarai mobil barunya,
sepatu kiri istirahat sejenak melepaskan penat. Namun, ketika sang bos
asyik menekuni hobinya bermain sepakbola, giliran sepatu kiri yang banyak
bekerja, karena sang bos pemain sayap kiri.

Hidup haru bisa saling menunjang, saling berbagi, saling mendukung dan
saling bekerja sama. Alangkah indahnya bila suami-istri, Ketua Umum dan
Sekjend, Staff dan Pramu Kasirnya, Atasan dan bawahannya hingga Presidan
dan Wapresnya, mencontoh kerjasama sepasang sepatu.

Dikutip dari: "5 Matahari : Bertambah Bijak Setiap Hari"
Karya : Budi S Tanuwibowo

Rumah Aku

 

W3C Validations

Cum sociis natoque penatibus et magnis dis parturient montes, nascetur ridiculus mus. Morbi dapibus dolor sit amet metus suscipit iaculis. Quisque at nulla eu elit adipiscing tempor.

Usage Policies